Tahukah Anda bahwa penyu hijau merupakan salah satu hewan purba yang gemar menjelajah? Ya, hewan bernama ilmiah Chelonia mydas ini mempunyai usia panjang dan mampu bermigrasi hingga ke perairan yang jauh dari habitatnya.
Kepulauan Derawan adalah habitat penyu hijau terbanyak di Indonesia, sekaligus nomor delapan di dunia. Di sini Anda juga bisa berjumpa penyu sisik atau Eretmochelys imbricata.
Namun, hewan ini kini langka karena banyak terjadi upaya pencurian telurnya. Bahkan, lebih kejam lagi, cangkang hewan itu diambil. Sang pemilik cangkang dibuang hidup-hidup ke laut, kesakitan, dan mati perlahan.
Bagaimana jadinya jika penyu hijau justru tidak ditemukan lagi di habitatnya sendiri?
MALIPE Lahir dari Kepedulian
MALIPE atau Maratua Peduli Penyu berdiri atas inisiatif masyarakat setempat untuk melestarikan ekosistem penyu hijau dan laut di sekitarnya. Dengan azas kepedulian atas keberlangsungan hidup para penyu, MALIPE lahir dan hadi sebagai garda terdepan dalam upaya penyelamatan hewan ini di habitatnya.
MALIPE memegang teguh prinsip bahwa sumber daya alam yang dimiliki harus dijaga dan dimanfaatkan secara bijaksana. Dalam pemanfaatannya pun harus memperhatikan kelestarian dan kelangsungannya, mengingat manusia harus hidup berdampingan dengan alam.
Keinginan kuat mewujudkan kehidupan harmonis dan selaras antara manusia dan ekosistem lingkungan hidup menjadi semangat MALIPE dalam melestarikan habitat penyu hijau. Maka, tujuan besar yang ingin dicapai MALIPE adalah untuk menyelamatkan penyu di Maratua, Kabupaten Berau dari ancaman kepunahan.
Berikutnya, MALIPE juga berpartisipasi aktif dalam menjaga habitat penyu maupun biota laut lain yang masuk dalam pengawasan di sekitar perairan wilayah Berau. MALIPE pun tidak ingin bergerak sendiri karena menjaga ekosistem penyu hijau bukanlah pekerjaan mudah.
Itu sebabnya mereka juga menyusun pengetahuan konservasi penyu di habitatnya serta pengembangan ekonomi alternatif bagi masyarakat sekitar. Hal ini dirasa penting agar masyarakat tetap bisa mendapatkan penghasilan tanpa harus mengganggu hewan langka ini, apalagi sampai merusak habitatnya.
Saat ini MALIPE sudah menjalankan program perlindungan di Pulau Balembangan dan Pulau Sambit. Keduanya masuk dalam wilayah Kecamatan Maratua.
Baca Juga: Trik Jitu Menyukseskan Penggalangan Dana di Ayobantu
Bagaimana MALIPE Bekerja Melindungi Penyu
Hingga tahun 2019, penjarahan telur-telur dan pencurian penyu di Maratua menjadi hal “biasa”. Mirisnya, tingkat penjarahan itu bisa mencapai 100% saat musim peneluran mencapai puncaknya.
Situasi mendesak ini membuat pemerintah Kabupaten Berau menjalin pengelolaan bersama dengan sebuah LSM dalam mengelola program perlindungan penyu. Usai kontrak kerja sama berakhir, Dinas Perikanan Berau merekomendasikan MALIPE yang digawangi putra daerah sebagai pengelola ekosistem penyu di Maratua.
Walaupun MALIPE belum mempunyai kekuatan hukum, penunjukan langsung oleh Bupati Berau menggambarkan bagaimana gerakan swadaya bisa menjadi corong suara untuk mengetuk kepedulian banyak pihak. Apalagi, anggota MALIPE adalah warga asli yang berdiam di Kecamatan Maratua.
Sebagai penanggung jawab pengelola konservasi penyu di Pulau Balembangan dan Pulau Sambit, MALIPE aktif menyelenggarakan mitigasi aktivitas penjarahan telur penyu. Bahkan, saat ini level penjarahan mendekati 0%, terutama di kedua pulau tempat para penyu biasa bertelur sepanjang tahun.
Perlu diketahui, penyu di Maratua mengalami musim puncak peneluran setiap bulan Agustus dan paling sedikit pada bulan Januari. Biasanya musim peneluran terjadi sepanjang bulan Mei hingga November. Sepanjang tahun 2021, program perlindungan penyu MALIPE telah mencatatkan hasil berikut.
- Total kunjungan penyu 5.409 kali
- Total penyu bertelur 3.834 kali
- Jumlah telur yang ditemukan 223.089 butir
- Jumlah tukik yang menetas 195.300 ekor.
Dukungan untuk MALIPE
Perlu Anda ketahui, Pulau Balembangan adalah bagian gugusan karang besar Karang Muaras. Pulau ini tidak berpenghuni. Meski dikelilingi perairan jernih, tidak ada sumber mata air di sini.
Sementara itu, Pulau Sambit cuma berjarak 5 km dari Pulau Balembangan. Luas pulau ini terbilang kecil sehingga rentan tenggelam karena terkena abrasi.
Kedua pulau tersebut merupakan tempat penyu bertelur setiap tahunnya. Penjagaan dan patroli rutin diperlukan untuk melindungi telur-telur penyu ini dari upaya penjarahan besar-besaran, serta aman sampai tiba waktunya menetas menjadi bayi penyu atau tukik.
Namun, upaya MALIPE dalam menjaga ekosistem penyu di kedua pulau itu terkendala oleh keterbatasan dana. Padahal, untuk melakukan patroli dan penjagaan di Pulau Balembangan yang terpencil mereka butuh logistik memadai. Mulai dari air bersih sampai kendaraan yang layak untuk patroli laut.
Bayangkan jika patroli dan penjagaan ini tidak dilakukan satu hari saja. Berapa banyak telur-telur penyu yang hilang? Atau lebih buruk lagi, pencurian cangkang dan membiarkan penyu dibuang hidup-hidup tanpa “rumah” yang melindunginya.
Jika nyawa hewan ini terancam di habitatnya sendiri, bagaimana ekosistem laut bisa tetap lestari hingga masa mendatang? Jangan-jangan hewan penjelajah ini nanti hanya tinggal nama dan foto dalam ensiklopedi saja.
Tentu Anda tidak ingin hal itu terjadi. Paling tidak anak cucu kita punya kesempatan menyaksikan sendiri bagaimana penyu bertelur, melihat dan melepaskan tukik ke laut.
Yuk, dukung MALIPE agar terus konsisten menjaga penyu di Pulau Balembangan dan Pulau Sambit. Caranya mudah, cukup berikan donasi Anda di sini sekarang juga!
Baca Juga: Infaq Pendidikan YRZI Bantu Wujudkan Mimpi Anak Disabilitas Indonesia
Referensi:
Maratua Peduli Penyu Menyelamatkan Habitat Penyu Terakhir di Borneo Timur – Maratuapedulipenyu.org
Sebelum Ada Regulasi, Konservasi Penyu di Pulau Blambangan Berau Diserahkan ke MALIPE poskotakaltimnews.com (2022)
Komentar Terbaru