Peran usus besar dalam sistem pencernaan manusia begitu signifikan. Namun, ketika ditemukan kelainan pada organ pencernaan seorang anak, bagaimana ia menjalani hari-harinya?

Carissa didiagnosis dokter mengidap penyakit usus besar pada usia 3 tahun. Penyakit tersebut mengubah kehidupan balita periang ini secara drastis, demikian pula dengan keluarganya. 

Begini perjuangan Carissa dibantu kedua orang tuanya untuk sembuh dari penyakit usus besar atau penyakit hirschsprung yang berbahaya. 

Apa Itu Penyakit Hirschsprung?

Dikutip dari laman alodokter.com, penyakit hirschprung adalah gangguan pada usus besar yang mengakibatkan feses terperangkap dalam usus. Orang awam mengenalnya sebagai penyakit usus besar. 

Sama seperti bagian tubuh lain, usus besar memiliki saraf yang bertugas mengendalikan pergerakan usus. Dalam keadaan normal, pergerakan usus besar akan membantu feses terdorong keluar. 

Namun, saraf di usus besar penderita tidak berkembang sempurna. Hal ini menyebabkan usus besar tidak bisa berfungsi normal sehingga terjadi penumpukan feses dalam organ tersebut.

Penyakit ini masuk dalam golongan penyakit bawaan lahir yang langka. Umumnya, penyakit hirschsprung bisa dideteksi sejak bayi lahir. 

Tidak sedikit pula kasus kelainan ini baru diketahui saat anak berusia lebih besar. Rata-rata kasus yang dijumpai tergolong ringan, tetapi tetap saja butuh penanganan khusus. 

Gejala Penyakit Usus Besar

Lantas, apa saja gejala penyakit usus besar pada anak yang perlu Anda waspadai?

Sulit buang air besar

Gejala ini umum dijumpai pada penderita penyakit hirschsprung. Ketiadaan saraf penting dalam usus ini membuat pergerakan usus terhambat. 

Feses pun tidak bisa terdorong menuju anus dan terperangkap dalam usus besar. Inilah yang membuat anak sulit atau malah tidak bisa buang air besar.

Perut buncit

Tidak buang air besar dan perut buncit jadi gejala umum penyakit usus besar pada bayi baru lahir. Biasanya gejala itu juga diikuti dengan muntah-muntah berupa cairan berwarna hijau atau coklat. 

Gejala penyakit usus besar pada anak lebih besar

Gejala serupa muncul pada pengidap penyakit usus besar yang memasuki usia balita. Kasus hirschsprung yang terdeteksi pada usia anak lebih besar tergolong ringan, dengan menampilkan gejala-gejala berikut:

  • Perut kembung sampai tampak membuncit.
  • Nafsu makan berkurang.
  • Berat badan tidak bertambah untuk waktu lama.
  • Mudah merasa lelah.
  • Mengalami sembelit untuk rentang waktu panjang.
  • Tumbuh kembang terganggu.

Penyakit Usus Besar Carissa Terlambat Terdeteksi

Usus Besar

Carissa Menderita Penyakit Usus Besar

Berkaca pada kisah Carissa, gejala sulit buang air besar hingga berminggu-minggu sudah dialami sejak ia berusia 3 bulan. Alhasil, bayi Carissa kerap menangis kesakitan dan perutnya membuncit hingga 3,5 bulan lamanya. 

Kedua orang tua Carissa bolak-balik membawa dirinya berobat ke bidan. Pengobatan yang diberikan sebatas obat pencahar agar memperlancar buang air besar saja.

Semula orang tua Carissa mengira keluhan yang dialami sang putri sama seperti keluhan susah buang air besar bayi pada umumnya. Selama 3 tahun, Carissa “ketergantungan” pada obat pencahar, tetapi keadaan dirinya tidak kunjung membaik.

Akhirnya, ayah ibu Carissa membawa sang putri berobat ke puskesmas. Dokter yang bertugas pun merujuk Carissa ke RSUD Pameungpeuk dan baru diketahui gadis cilik ini menderita penyakit hirschsprung. 

Perasaan sedih mendalam menggelayuti diri orang tua Carissa. Terlebih lagi, mereka juga harus memikirkan bagaimana mengumpulkan dana untuk pengobatan dan tindakan operasi bagi sang buah hati. 

Bagaimana tidak, pekerjaan orang tua Carissa terbilang serabutan alias tidak memiliki sumber penghasilan tetap. Ayah Carissa hanya buruh serabutan; jika tidak ada pekerjaan, ia menganggur. 

Kalau ada panggilan dari bengkel tempat ia bekerja, ia akan berangkat memperbaiki motor. Namun, upah yang diterima kecil, cuma Rp75.000 per hari belum termasuk uang makan. Jika tidak ada panggilan, ayah Carissa bekerja di rumah saja membantu sang istri.

Sementara itu, ibu Carissa bekerja sebagai buruh penatu atau laundry. Tugas yang dilakukan sederhana, sebagai tukang cuci dan melipat baju. 

Tak heran jika upah yang diterima pun minim, cuma Rp50.000 dipotong biaya makan. Situasi demikian tentu mempersulit ayah ibu Carissa untuk memperjuangkan kesembuhan putrinya.

Meski demikian, orang tua Carissa tidak patah semangat. Di tengah keterbatasan finansial, mereka mengerahkan segala upaya untuk mengumpulkan dana demi kelancaran pengobatan Carissa di rumah sakit.

Usus Besar

Carissa Dirawat di Rumah Sakit

Keinginan mereka tidak muluk-muluk, yakni melihat Carissa sembuh dari penyakit ini dan bebas bermain seperti anak-anak seusianya. Terdengar sederhana tetapi sulit diwujudkan tanpa bantuan orang lain.

Ya, saat ini Carissa masih menanti uluran tangan Teman Peduli agar bisa mendapatkan tindakan lanjutan atas penyakit yang dideritanya. Ia hanya bisa terbaring lemas dan sulit berkegiatan seperti biasa. 

Teman Peduli, mari kita ringankan perjuangan orang tua Carissa membawa putrinya mendapatkan pengobatan terbaik. Berapa pun donasi yang Anda beri, berarti banyak bagi kesembuhan gadis cilik ini. Yuk, klik di sini untuk membantu Carissa sembuh.

Baca Juga: Perjuangkan Pengobatan Pasien Anak Kaum Dhuafa, Simak Cerita Yayasan Pasien Anak Indonesia