Menginjak usia 4 tahun, seharusnya Zahwa Athaya Irdi bebas bermain bersama teman-teman di sekolah. Namun, diagnosis Syndrome Nephrotic Resistend Steroid atau ginjal bocor menjauhkan Zahwa dari keinginan sederhana itu.

Bagaimana cerita Zahwa sampai terdiagnosis ginjal bocor? Lalu, seperti apa perjuangan keras kedua orang tuanya untuk mengobati putri kecil mereka?

Gemuk yang Tidak Biasa

Suhardiansyah (38 tahun) dan Citra (33 tahun) yang berdomisili di Pontianak, Kalimantan Barat sama sekali tidak menduga putri kesayangan mereka mengidap penyakit parah. Apalagi, tubuh Zahwa tampak gemuk dan sehat. 

Nafsu makan Zahwa pun terbilang bagus. Namun, seiring waktu Zahwa terus mengeluhkan sakit pada bagian perut. Ia kerap menangis keras karena rasa sakit yang tidak tertahankan. 

Lalu, tubuhnya dipenuhi bercak-bercak merah. Badan Zahwa pun membengkak tidak terkendali, menandakan ada yang salah dalam tubuh gadis kecil ini. 

Namun, akibat diberhentikan dari pekerjaan saat pandemi dan belum terdaftar BPJS, orang tua Zahwa belum mampu membawa Zahwa berobat. Mereka cuma mengandalkan obat yang dijual bebas di apotek guna menghilangkan bercak merah tersebut.

Selang satu minggu, kondisi Zahwa tidak menunjukkan perubahan berarti. Bahkan, tubuh Zahwa makin bengkak bak balon penuh air. Berat badannya juga naik sampai 7 kg. 

Di sisi lain, Zahwa sering terlihat lemas. Alat kelaminnya pun turut membengkak sehingga ia tidak leluasa bergerak bebas seperti biasa. 

Melihat kondisi putrinya yang kian parah, orang tua Zahwa segera mengurus BPJS. Berbekal kartu BPJS, mereka memeriksakan Zahwa ke RS Soedarso Pontianak. 

Usai rangkaian tes lab darah dilakukan, dokter mendiagnosa Zahwa menderita ginjal bocor. Paru dan hati Zahwa pun sudah dipenuhi air. Untuk menjalani proses pengobatan, Zahwa harus rawat inap di RS selama 3 bulan.

Sayangnya, belum ada kemajuan signifikan dari anak kedua dari dua bersaudara ini. Dokter pun merujuk Zahwa untuk berobat ke RSCM Jakarta supaya bisa memperoleh penanganan intensif. 

Mengorbankan Banyak Hal Demi Pengobatan 

Ginjal Bocor

Mengorbankan Banyak Hal Demi Pengobatan

Dalam situasi sulit, orang tua Zahwa memutuskan untuk menjual salah satu motor mereka dan meminjam uang dari saudara. Dana yang didapat dijadikan modal pengobatan Zahwa. 

Orang tua Zahwa pun terpaksa menitipkan Najwa, kakak Zahwa yang berusia 10 tahun kepada neneknya. Semua demi mendapatkan pengobatan terbaik bagi kesembuhan Zahwa.

Selama berada di Jakarta, kontrol rutin ke poli nefrologi dan hematologi harus dijalani Zahwa seminggu sekali. Namun, kerasnya efek kemoterapi merontokkan rambut Zahwa helai demi helai. 

Hati Citra remuk seketika ketika mendengarkan curahan hati putri kecilnya. Zahwa cuma ingin berambut cantik, apalagi rambut teman-temannya panjang dan indah. Karena rambutnya rontok, ia malu bermain dengan teman-teman.

Penyebab Penyakit Ginjal pada Anak

Dilansir dari laman RSAB Harapan Kita, penyebab penyakit ginjal pada usia anak tidak sama dengan usia dewasa. Faktor kelainan bawaan mendominasi penyebab terbanyak.

Ada pula yang disebabkan oleh peradangan pada ginjal serta infeksi dan autoimun yang diderita anak. Bahkan, jika masih dalam tahap awal, penyakit ginjal bocor seperti yang dialami Zahwa kadang tidak bergejala. 

Gejala penyakit ginjal bocor baru terlihat saat fungsi ginjal mengalami penurunan. Saat fungsi ginjal terganggu, anak mulai mengeluhkan sesuatu. Mulai dari bengkak pada tangan, kaki, dan wajah, terlihat cepat, dan tubuh mudah kelelahan.

Ginjal bocor atau proteinuria terjadi karena ginjal gagal menjalankan tugasnya dalam penyaringan dan penyerapan zat penting dari darah. Zat-zat penting seperti protein ini hilang terbawa urine. 

Itu sebabnya, kondisi ginjal bocor ditandai dengan meningkatnya jumlah protein yang hilang melalui urine. Kadar protein albumin darah pun berkurang.

Akibatnya, terjadi penumpukan cairan diikuti pembengkakan beberapa bagian tubuh. Contoh, pembengkakan pada perut, wajah, mata, tangan, dan kaki. 

Gejala lain yang juga menonjol adalah perubahan warna urine. Karena terjadi peningkatan konsentrasi serta akumulasi zat tertentu dalam urine, warna urine penderita ginjal bocor cenderung gelap. Misalnya, berwarna merah, ungu, atau coklat.

Berjuang untuk Kesembuhan Zahwa

Ginjal Bocor

Ginjal Bocor yang Ia Derita, Membuatnya Terkapar Tak Berdaya

Penanganan dan pengobatan penyakit ginjal bocor pada anak dapat berbeda-beda tergantung penyebabnya. Namun, sebagian besar anak yang mengalami penyakit ginjal bocor akan menjalani pengobatan seumur hidup. 

Demikian pula dengan Zahwa yang harus rutin meminum obat. Sayangnya, setelah beberapa bulan menjalani pengobatan di Jakarta, nenek Zahwa sakit keras dan meninggal dunia pada Desember 2021. 

Pengobatan pun kembali dijalankan di Pontianak saja. Sementara, ayah Zahwa menyambung hidup dengan menjadi driver ojek online. 

Penghasilan tidak menentu tidak membuat Suhardiansyah dan Citra patah semangat. Mereka terus berjuang sekuat tenaga agar Najwa bisa tetap sekolah dan Zahwa dapat berobat rutin. 

Walaupun pengobatan medis ditanggung BPJS, masih banyak kebutuhan Zahwa yang tidak ditanggung. Mulai dari susu, popok sekali pakai, suplemen, kebutuhan harian, hingga obat-obatan yang tidak masuk tanggungan BPJS. Ini belum menghitung ongkos bolak-balik ke rumah sakit. 

Terbayang kan bagaimana perjuangan orang tua Zahwa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta pengobatan ginjal bocor Zahwa? Maka, uluran tangan Teman Peduli sangat dibutuhkan untuk menopang kehidupan Zahwa. 

Ia hanyalah gadis kecil yang ingin sembuh dari penyakit ginjal bocor supaya bisa bersekolah lagi. Ayo, bantu Zahwa mewujudkan impiannya dengan mulai berdonasi di sini!

Baca Juga: Usap Pilu Evan, Bocah Penderita Kanker Limfoma