Halo, Teman Peduli.

Memiliki tubuh sehat dan bugar adalah impian semua orang. Namun, begitu divonis mengidap penyakit lupus, impian Ibu Sri Lestari berubah drastis. 

Padahal, dua tahun lalu, Ibu Sri masih berpenampilan seperti perempuan pada umumnya, berambut lebat dan terurai. Ia juga masih kuat pergi bekerja ke sawah untuk menambah penghasilan keluarga.

Kehidupan Ibu Sri berubah drastis ketika bercak merah tiba-tiba muncul di kepalanya. Meskipun sempat tidak menghiraukannya, bercak merah itu terasa semakin gatal dan panas. Lambat laun, bercak merah tersebut bukan hanya terasa panas dan gatal, tetapi juga menyebar ke seluruh tubuh.

Keadaan tersebut membuat Ibu Sri memberanikan diri datang ke dokter. Dari berbagai gejala yang dirasakan dan melalui pemeriksaan intensif, dokter mendiagnosis Ibu Sri mengidap penyakit Lupus Erythematosus.

Apa Itu Penyakit Lupus?

Teman Peduli sudah tahu belum, penyakit lupus itu apa?

pita warna ungu simbol penyakit lupus

Pita berwarna ungu sebagai simbol penyakit lupus. (Sumber: element envato)

Dilansir Halodoc, lupus adalah penyakit inflamasi kronis yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Ketika keadaan normal, sistem imun berfungsi memberikan perlindungan pada tubuh agar tidak mudah terinfeksi bakteri maupun virus. Namun, pada pengidap penyakit lupus, sistem imun balik menyerang organ dan jaringan tubuh penderitanya.

Penyakit lupus juga dilabeli penyakit seribu wajah, lantaran andal dalam menirukan gejala penyakit lain.

Para ahli mengelompokkan penyakit lupus ke dalam tiga jenis, yaitu:

  1. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)Systemic Lupus Erythematosus atau Lupus Eritematosus Sistemik adalah jenis yang paling umum. Bahkan, sepertiga pengidap Systemic Lupus Erythematosus juga menderita kondisi autoimun lain yang bisa berujung pada komplikasi.Systemic Lupus Erythematosus menjangkiti organ dan jaringan tubuh mana pun dengan tingkat keparahan dari ringan hingga berat. Itulah sebabnya penderita terkadang tidak merasakan gejala yang dialami.

    Serangan yang tiba-tiba muncul secara parah dan terasa nyeri membuat tubuh penderita lelah berkepanjangan. Situasi ini membuat penderita Lupus Eritematosus Sistemik mudah merasa cemas, depresi, dan tertekan meski gejala itu termasuk ringan.

  2. Discoid Lupus Erythematosus (DLE)Discoid Lupus Erythematosus cenderung menyerang kulit. Namun, dampak serangan penyakit ini dapat meluas ke organ dan jaringan tubuh lain. Discoid Lupus Erythematosus dapat dikontrol lewat upaya pengobatan dan menghindari terpapar sinar matahari langsung.Gejala Discoid Lupus Erythematosus yang cukup umum antara lain ruam merah dan membulat yang bisa menebal dan berbekas, pitak permanen, serta rambut rontok.
  3. Lupus karena efek samping pengobatanSetiap individu mengalami efek samping berbeda dari pengobatan yang dijalani. Setidaknya, dari sekitar 100 jenis obat, ada obat-obatan yang bisa berdampak negatif. Pada pengidap penyakit tertentu, efek samping itu dapat menyerupai gejala lupus. Gejala demikian biasanya akan menghilang jika penderita menghentikan konsumsi obat.

Baca Juga: Jalani Pengobatan ALL Leukemia, Yuk Semangati Nina agar Bisa Sekolah Lagi

Kondisi Ibu Sri Terkini

kondisi ibu sri penderita penyakit lupus

Rambut Ibu Sri rontok dan kulitnya mengelupas. (Sumber: Filantra)

Seperti diketahui, penyakit lupus bisa menyerang siapa saja. Namun, data menyebutkan pengidap penyakit autoimun ini kebanyakan berusia 15-40 tahun. Sebagian besar penderita berjenis kelamin perempuan.

Penyakit lupus tidak dapat disembuhkan. Satu-satunya jalan agar penderita lupus merasa lebih baik adalah dengan melakukan pengobatan rutin. Paling tidak, penderita dapat beraktivitas ringan seperti biasa.

Hal sederhana inilah yang menjadi cita-cita Ibu Sri sekarang. Dengan kondisi kulit kering serta mudah mengelupas, ia tidak leluasa menjalani kegiatan harian di rumah.

Apalagi, dokter mewajibkan Ibu Sri untuk rutin kontrol satu kali dalam seminggu ke rumah sakit. Namun, perjalanan Ibu Sri dan suami pergi berobat tidak mudah.

Jika pergi ke dokter, Ibu Sri harus menempuh jarak 30 km. Ibu Sri harus didampingi suami serta memastikan kedua anaknya aman di rumah selagi ia berobat.

Untuk satu kali perjalanan kontrol ke dokter, Ibu Sri harus merogoh kocek Rp150.000. Dengan penghasilan harian sang suami saat ini, biaya tersebut jelas memberatkan.

Satu hari saja suami Ibu Sri tidak bekerja, mereka akan kehilangan sumber penghasilan. Sebagai buruh tani, Pak Hadi, suami Ibu Sri, cuma bisa membawa pulang Rp35.000 setiap hari.

Sementara itu, kondisi Ibu Sri tidak memungkinkan untuk bekerja. Sebagai pengidap lupus, bekerja di bawah paparan sinar matahari dapat memperparah penyakitnya. Terlebih lagi, bercak merah tersebut sudah menyebar sampai kaki dan mengelupas. 

Di satu sisi, Ibu Sri tetap harus menjalani perannya sebagai seorang ibu bagi kedua anaknya. Namun, ketika penyakitnya kambuh, ia hanya bisa terbaring lemah.

Melihat situasi demikian, Pak Hadi tidak tinggal diam. Ia menggantikan tugas istrinya untuk menjaga dan menemani anak-anak. Pak Hadi pun telaten dan sabar mendampingi Ibu Sri yang tengah sakit parah.

Baca Juga: Perjuangkan Pengobatan Pasien Anak Kaum Dhuafa, Simak Cerita Yayasan Pasien Anak Indonesia

Belajar dari Ketegaran Ibu Sri

Kondisi Ibu Sri sekarang sebagai penderita penyakit lupus

Kondisi Ibu Sri sekarang. (Sumber: Filantra)

Dukungan, kesabaran, dan rasa sayang Pak Hadi kepada sang istri membuat Ibu Sri lebih tegar dan kuat. Keinginannya untuk sembuh kian menguat, meski ia tahu perjalanan menuju kesembuhan itu tidak mudah.

Teman Peduli, yuk ringankan beban Ibu Sri dan keluarga dengan membantu biaya pengobatannya. Klik di sini untuk berdonasi agar Ibu Sri bisa sembuh dari penyakit lupus!

Satu donasi darimu, satu langkah Ibu Sri menuju kesembuhannya.

 

Baca Artikel Lainnya

Cerita Slamet Kardiman, Atlet Difabel Indonesia yang Berjuang dengan Keterbatasan

Kisah Hadi Tombro, Memajukan Pendidikan Anak di Papua Melalui Hobi Bersepeda

Panduan Donasi dan Penggalangan Dana di Ayobantu.com

 

Referensi

Lupus – Halodoc